Jumat, 03 Agustus 2012

PONDOK PESANTREN DAN TOKOH MASYARAKAT


Segeralah  beranjak  dari masa lalu menuju masa depan, dengan semangat dan harapan baru, patahkan semua keraguan, jangan biarkan hidupmu penuh dengan sedih, marah, dan benci. Bebaskan diri dari rasa sakit dimasa lalu, dan mulai hidupmu lagi.


Desa toronan  merupakan desa yang dikelilingi oleh  pondok pesantren dan juga dikelilingi oleh banyak musolla dan masjid disekitarnya. Sehingga desa ini suasana sangat penuh dengan keagamaan setiap harinya bukan hanya bulan romadhan tetapi juga di bulan-bulan sebelumnya tidak kalah  menariknya dengan menariknya. Karna desa ini hampir setiap beberapa rumah terdiri dari musolla untuk dijadikan ibadah.
Dimana desa ini juga sangat begitu kental dengan adat-istiadatnya seperti : setiap laki-laki dalam melakukan ibadah  harus memakai kopiah (songkok), selain itu  juga didesa toronan ini juga tidak boleh bergoncengan antara laki-laki dengan perempuan dalam 1 kendaraan apalagi kendaraan tersebut masih sifatnya terbuka. Selain itu di desa toronan ini  terdiri dari beberapa pesantren seperti : pesantren  Bahriyatul falah  dan darul akhlak, dll.  Dimana Bahriyatul falah  merupakan  suatu lembaga atau pesantren yang cukup besar berada ditengah-tengan desa toronan ini, Dan pesantren ini hanya terdiri dari sekolah umum yaitu taman kanak-kanak (TK) pagi dan sore, Madrasah Ibtidayah (MI),Madrasah Tsanawiyah (MTS) dan juga Madrasah Aliyah (MA) kebanyakan siswa-siswinya berasal dari daerah sendiri seperti : desa toronan utara 1 , desa toronan utara 2, desa  toronan tengah, desa toronan selatan, dan juga desa kowel dan pesantren Bahriyatul falah ini dibawah asuhan K. Hasibuddin dan K. jailani.
Selain itu juga tidak hanya pesantren Bahriyatul falah, tetapi ada juga pesantren darul akhlak  yang tidak kalah saingnya dengan pesantren Bahriyatul falah, dimana pesantren darul akhlak juga terdiri dari : taman kanak-kanak (TK) pagi dan sore, Madrasah Ibtidayah (MI),Madrasah Tsanawiyah (MTS) dan juga Madrasah Aliyah (MA). Dan juga siswa-siswinya berasal dari daerah sendiri seperti : desa toronan utara 1 , desa toronan utara 2, desa  toronan tengah, desa toronan selatan, dan juga desa kowel dan pesantren darul akhlak ini dibawah asuhan KH. Mu’id Hazien.
Selain pondok pesantren yang mengelilingi desa ini, juga banyak tokoh masyarakat yang menjadi sesepuh di desa toronan ini salah satunya Ustadz samsuri, dimana ustadz samsuri ini merupakan tokoh masyarakat bagi masyarakat desa toronan utara 1 yang mempunyai musolla sendiri dan banyak murid-murid belajar mengaji di musollanya sehingga dengan masyarakat toronan utara 1 ustadz samsuri tersebut di sebut tokoh masyarakat bagi warga desa toronan utara 1 setempat. *) Oleh Samsuri
KKN  UTM 2012 Kelompok 27
 

Kamis, 02 Agustus 2012

PETERNAKAN

Desa Toronan Pamekasan merupakan desa yang dikenal oleh masyarakat luar sebagai desa yang mayoritas penduduknya memiliki UKM (usaha kegiatan menengah) yaitu penghasil kripik tette dan bidaran yang hal ini belum tentu dimiliki oleh desa lain khususnya yang ada di Madura.
Dimana bukan hanya kripik tette dan bidaran yang terkenal dan langka di pasaran. Dimana potensi yang langka di pasaran tersebut yaitu bidaran yang hanya ada di setiap momen-momen tertentu khususnya di daerah pamekasan itu sendiri. Selain itu bukan hanya  potensi itu saja melainkan ada juga potensi  dari segi lainnya juga terkenal didesa toronan ini seperti batik khas desa toronan  pamekasan, serta peternakan yang dimiliki oleh masyarakat desa toronan pamekasan ini yaitu salah satunya berternak ayam, kambing dan sapi sebagian.
Salah satu yang paling sering dipelihara oleh masyarakat desa toronan pamekasan  ini yaitu selain ayam yang kebutuhannya bisa dalam waktu relatif singkat sudah bisa pastikan ada hasilnya . ada juga yang memelihara sapi dan kambing yang kebutuhannya belum bisa di pastikan tiap bulanya dimana ayam,  kambing dan sapi ini hanya bisa kelihatan hasilnya yaitu dalam jangka waktu dekat untuk ternak ayam dan waktu cukup lama untuk ternak kambing dan sapi sebagian. Mengapa demikian? Karena bagaimana pun bagi masyarakat desa khususnya desa toronan beternak seperti kambing dan sapi didesa ini sudah menjadi tradisi. Dimana tradisi tersebut yaitu terletak pada sistem penjualannya, ternak yang akan dijual oleh masyarakat desa toronan yaitu ternak yang sudah memberi hasil dua kali lipat dari harga yang dibeli sebelumnya. Sehingga dari ternak-ternak tersebut sisanya akan dijadikan peliharaan lebih lanjut agar memiliki simpanan  untuk generasi berikutnya.
Selain itu ternak-ternak seperti ayam, kambing dan Sapi sebagian, selain dipelihara, dijual  dan diambil hasilnya bagi masyarakat desa toronan.  Juga seperti  sapi bisa di buat alat  untuk membatu  membajak sawahnya. Mengapa demikian? Karena bagi masyarakat desa khususnya masyarakat desa toronan  membajak sawahnya dengan menggunakan sapinya yaitu dapat memberikan keringanan seperti : biaya yang harus keluarkan untuk membajak sawah, dan juga hasilnya lebih nyaman dan lebih subur meskipun proses selesainya cukup lama di bandingkan dengan membajak dengan menggunakan mesin traktor.
Disamping itu beternak seperti kambing dan sapi tidak hanya dijadikan alat untuk membantu membajak sawah akan tetapi juga bisa diguanakan sebagai teman hidup masyarakat desa. Selain hewan ini nurut juga makanan pun tidak sulit seprti : rumput dan buk-buk (atau lebih dikenal dengan bu’uk). Maka dengan makanan seperti buk-buk, kambing, dan sapi cepat tumbuh gemuk den besar. Maka dengan demikian peternakan yang dipelihara oleh masyakat desa khususnya desa toronan pamekasan yaitu ayam, kambing, dan sapi  sebagian. Sebab selain mudah untuk mendapatkan makananya juga hasilnya cukup menjanjikan meskipun dalam waktu dekat untuk ternak ayam dan waktu panjang untuk ternak kambing dan sapi.

Kondisi pertanian di desa toronan

Desa toronan merupakan desa yang mayoritas masyarakatnya membudidayakan tanaman ketela pohon, yang hasilnya dijadikan krepek tette. Tanaman ketela pohon mempunyai potensi di  desa toronan dilihat dari lahan yang ada di desa tersebut dan syarat tumbuh dari tanamannya tersebut. Tanaman ketela pohon tidak memerlukan kondisi yang banyak air karena tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah yang kekurangan air yaitu pada daerah kering.  di desa toronan ini merupakan desa yang tidak mempunyai lahan persawahan, lahan yang ada merupakan tegalan yang ketersediaan airnya kurang.
Menurut survey yang telah dilakukan ke wilayah-wilayah yang ada di desa toronan, yaitu dusun utara 1, utara 2, tengah dan selatan lahan yang ada, masih menjadi kendala untuk ditanami semua komoditas tanaman  karena tanah yang ada kurang subur, selain ketela pohon yang dijadikan sebagai tanaman pokok masyarakat, mereka juga membudidayakan tembakau, kacang tanah, cabe, kacang panjang, jagung, terong dan lain-lain. Pada musim penghujan masyarakat memanfaatkan lahan mereka untuk membudidayakan tanaman yang sekiranya membutuhkan air yang cukup, diantaranya yaitu jagung, cabe, kacang tanah dan lain-lain. dan pada musim kering masyarakat menanami lahannya dengan tanaman yang tahan terhadap kekeringan, diantaranya ketela pohon dan kacang tanah.  
Salah satu tanaman yang bisa ditanam tiap musim yaitu ketela pohon.   yang dijadikan unggulan dalam bidang pertanian. jenis pupuk yang diaplikasikan  pada tanaman yaitu pupuk kandang yang dijadikan pupuk dasar bagi tanaman. selain komoditas yang telah di sebutkan diatas, masyarakat setempat juga membudidayakan tembakau, namun dari mereka tidak banyak yang membudidayakaannya, semua ini disebabkan oleh ketersediaan air, sebagian dari masyarakat mengusahaakan tembakau pada lahan yang dekat dengan rumahnya. karena dari mereka mengambil air dari sumur yang mereka punya. meskipun di desa toronan ini bisa ditanami tembakau, namun menurut warga setempat, hasil yang diperoleh tidak sebagus di daerah lain, penyebabnya belum pasti, diduga akibat dari lahan yang kekurangan air dan pada lahan tersebut kandungan unsur haranya sedikit.

*) Oleh Jamilatun Nisa'
KKN UTM 2012 Kelompok 27

Rabu, 01 Agustus 2012

BIDARAN MANIS


Bidaran manis adalah salah satu camilan khas desa Toronan, Pamekasan. Camilan ini berbahan utama tepung ketan dengan cita rasa manis. Pada proses awalnya, adonan bidaran manis dicetak dengan beberapa bentuk. Ada yang berbentuk bunga dan ada yang berbentuk kipas.
Bidaran yang berbentuk kipas, dibentuk dengan tangan sendiri sampai berbentuk kipas yaitu dengan diputar dan ditekuk sedikit pada bagian ujung. Sedangkan untuk bidaran berbentuk bunga, bidaran dibentuk dengan alat pencetak kue.
Di Desa Toronan, ini. Produksi bidaran manis telah menjadi salah satu mata pencaharian warga. Salah satunya keluarga Ibu Hamimah di Dusun Tengah Desa Toronan. Produksi bidaran sendiri dilakukan secara kekeluargaan.  Mulai dari orang tua beliau, putrinya sampai kepada suami beliau yang ikut memasarkan hasil hasil produksi.
Bidaran manis hanya dipasarkan menurut jumlah bidaran yang dipesan toko. Setiap harinya ± 100 bidaran dikirim di toko – toko camilan dan di Pasar Tradisional. Harga bidaran dipihak produsen sekitar 6000 per 100 biji sedangkan dipihak produsen harga sudah berbeda tergantung penjual.
Hal yang disayangkan pada produksi bidaran manis ini yaitu disisi kemasan pihak produksi. Pihak produsen tidak memberi kemasan cantik pada bidaran manis. Satu alasan yang sangat mendasar yaitu produsen tidak ingin repot untuk memberi kemasan karena produsen telah menganggap nyaman atas pekerjaan yang dilakukan saat ini. Padahal keuntungan dengan pemberian kemasan pada bidaran manis ini dapat menambah penghasilan bagi produsen.

*) Oleh Sariyanti Astutik
KKN UTM 2012 Kelompok 27

Struktur Organisasi Aparatur Desa Toronan



*) Oleh Abdul Wahed
KKN UTM 2012 kelompok 27

SI GURIH, KRIPIK “TETTE” DESA TORONAN


Pamekasan merupakan salah satu penghasil kripik terbuat dari singkong yang dikenal dengan nama kripik “tette”. Khususnya di Desa Toronan yang terbagi atas 4 Dusun, mayoritas masyarakatnya berpenghasilan singkong yang diolah untuk produksi kripik “tette”.  Kripik “tette” merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Desa Toronan. Salah satunya hasil karya KSM LESTARI yang di ketuai oleh Ibu Rusahamah. Hingga saat ini kripik “tette” tergabung dalam program PNPM-P2KP dan BKM Gotong Royong.
Dari hasil wawancara dan survey tim KKN kami, pemasaran Kripik “tette” ini dipasok ke pasar-pasar sekitar pamekasan bahkan sudah ada yang dipasarkan diluar pamekasan. Kripik “tette” ini sudah cukup popular dikalangan kuliner Madura.
Sistem penjualan kripik “tette” di jual dengan harga 6000 berdasarkan 1 ikat berisi 100 biji kripik. Bahan dasar pembuatan kripik “tette” menggunakan singkong putih dan singkong kuning. Ada beberapa warga yang produksi kripik “tette” dengan tambahan bumbu pelengkap sebagai penunjang rasa gurih dan berbeda dari pada kripik “tette” didaerah lain.
Proses pembuatan kripik “tette” cukup mudah bagi pemula yang ingin berwirausaha dibidang kripik “tette”. Awalnya singkong direbus hingga renyah, kemudian singkong tersebut di potong-potong sesuai selera selanjutnya singkong tersebut di tumbuk-tumbuk dan dicetak hingga menipis dan dijemur sampai kering.
Pembuat kripik “tette” ini di dominasi oleh para ibu rumah tangga.  Sampai saat ini masyarakat Desa Toronan semakin berkembang dalam produksi kripik “tette” walaupun diluar sana masih banyak produksi  kripik “tette” didaerah lain.
*) Oleh Dita Rahmawati
KKN UTM 2012 Kel. 27

AIR TERJUN PLESTERAN

Air terjun Plesteran terletak di kecamatan Pamekasan kab. Pamekasan, tepatnya di dusun tengah desa Toronan.
Awal mula pada zaman kerajaan Ronggo Sukowati masyarakat di desa toronan tidak mempunyai aliran air yang memadai atau mencukupi, sehingga masyarakat kesulitan untuk mengelola dan mencukupi kebutuhan air sehari-hari. Hal ini memumnculkan pemikiran oleh orang Belanda untuk membuat waduk atau tanggul air di aliran sungai yang memisahkan desa toronan dan kowel dengan cara memberikan pembatas air agar pada waktu musim hujan dapat menyimpan air dan mengalirkannya secara reratur ketika musim kemarau tiba.
Adapun lapisan tanahya yang labil sehingga lambat laun tanah yang ada di bendungan tersebut menjadi ambruk dikarenakan lapisan tanah yang ada di bawah batu menjadi lembek dan ikut arus air yang mengakibatkan batu sebagai penahan air menjadi ambruk atau longsor sekitar kurang lebih 5 meter. Akhirnya terbentuklah pancuran air yang tinggi dan oleh masyarakat Toronan disebut air terjun Thurbu’gen yang diberikan oleh orang Belanda. Karena keseluruhan bendungan air terjun tersebut dibatasi batu dan semen yang kalu bahasa Maduranya dikenal dengan “Plesteran” (lapisan yang terbuat dari batu dan semen), sehingga sampai sekarang oleh masyarakat Madura umunya disebut air terjun Plesteran serta dikenal memiliki mitos bahwa aliran air itu dijaga oleh satu buaya putih, benar tidaknya msyarakat toronan tetap percaya pada mitos tersebut.

Pemandangan air terjun ini sangat indah dan alami ini sangat berpotensi  untuk dijadikan objek wisata, sehingga banyak pengunjung yang datang untuk melihat dan berfoto bersama disana. Akan tetapi, tempat ini sempat ditutup disebabkan ada laporan dari warga sekitar air terjun yang sering melihat bahwa tempat tersebut dijadikan tempat untuk hal-hal yang bersifat negatif oleh pengunjung yang tidak bertanggung jawab, sehingga memungkinkan dapat merusak citra desa Toronan sebagai desa kawasan pondok pesantren. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan adanya pengunjung yang datang kesana asalkan tidak bertujuan untuk hal-hal yang negatif.


*) Oleh Susilawati
KKN UTM 2012 Kelompok 27

Keripik Kulit Singkong

Pada umumnya masyarakat Desa Toronan mengolah singkong menjadi keripik singkong atau biasa disebut keripik “tette”. Dilihat dari sisi geografisnya, tanah di Desa Toronan cocok untuk ditanami tanaman singkong. Sehingga mayoritas penduduknya menanam singkong di lahan mereka masing-masing dalam setiap musimnya.
            Dari pembuatan keripik “tette” tersebut terdapat limbah yang dihasilkan berupa kulit singkong. Kebanyakan masyarakat menggunakan kulit singkong tersebut untuk makanannya kambing. Selain itu, kulit singkong juga digunakan untuk kayu bakar setelah dikeringkan. Dilihat dari penggunaan kulit singkong tersebut yang kurang efektif dan efisien, maka terdapat alternatif baru yaitu dengan mengolah kullit singkong menjadi keripik seperti terlihat pada gambar di samping.
            Untuk pengolahan kulit singkong menjadi keripik terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan sebagai berikut :
1.      Rendam singkong untuk beberapa menit.
2.      Potonglah umbi singkong menjadi 2 atau 3 bagian
3.      Cuci kulit dalam umbi singkong
4.      Didihkan air dalam panci dan rebuslah selama 30 menit
5.      Rendamlah kulit dalam umbi singkong yang sudah matang selama 30 menit atau cuci sampai 3x
6.      Setelah selesai direbus bentuklah sesuai dengan selera
7.      Lumuri kulit dalam umbi singkong dengan bumbu sesuai selera
8.      Jemurlah kulit dalam umbi singkong kurang lebih 1 hari
9.      Keripik kulit singkong siap digoreng
10.  Keripik siap disajikan dan siap dibungkus
Dari alternatif di atas, maka masyarakat bisa menerapkannya agar lebih mengektifkan penggunaan kulit singkong. Selain itu, pembuatan keripik dari kulit singkong tersebut bisa menambah penghasilan masyarakat. Sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Toronan.

*) Oleh Jamilatun Nisa'
KKN UTM 2012 Kelompok 27


SDN Toronan I

Desa toronan Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan hanya memiliki satu  SD  Negeri, yaitu SDN Toronan 1 yang terletak di dusun toronan selatan.  Fasilitas yang dimiliki SD tersebut kurang memadai, meja, kursi, dan papan tulis kurang layak untuk digunakan, serta buku pendamping untuk siswa juga terbatas. Sekolah hanya memberikan pinjaman buku selama proses belajar mengajar berlangsung. Ini menyebabkan siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengulang kembali pelajaran yang telah mereka dapatkan dikelas dan kesempatan untuk belajar sebelum memasuki pelajaran juga sangatlah kecil.
            Hal prihatin lainnya yaitu mengenai ruangan kelas yang kurang memadai dan kurang merata. Kelas  1 hingga 3 memiliki  kondisi yang paling memprihatinkan dari 6 kelas lainnya.  Selain itu perilaku siswa-siswi SDN Toronan 1 kurang terkontrol sehingga  perlu perhatian yang khusus dari guru serta orang tua wali agar siswa memiliki kemampuan yang sama dengan siswa SD Negeri lainnya, hal ini menyebabkan kemampuan mereka kurang dari standart rata-rata siswa pada umumnya.
Sebaiknya SDN Toronan 1 perlu direnovasi supaya ruangan kelas bagus dan layak dipakai, dan untuk orang tua siswa-siswi tersebut harus lebih diawasi perilaku anaknya agar kemampuan mereka lebih bagus.


*) Oleh Laili Holisirah
KKN UTM 2012 Kelompok 27

Langkah Kecil Bidan Desa Toronan (Wisata Hati)

Hal pertama yang dipikirkan masyarakat pada umumnya tentang Bidan Desa adalah sosok pahlawan yang  menjadi tangan Tuhan membantu kita mengobati rasa sakit, tapi itu tidak terjadi pada masyarakat desa Toronan. Sosok yang seharusnya dibanggakan menjadi momok yang ditakutkan merusak generasi bangsa karena bidan sebelumnya pernah melakukan hal yang tidak sesuai dengan etika yang harusnya dimiliki oleh seorang bidan dan menyebabkan beliau diusir dari desa Toronan yang notabene sangat agamis.
Bukan hal yang mudah mengembalikan kepercayaan masyarakat, perjuangan yang dilakukan ibu Herlin Herawati S.ST.,M.MKes selaku bidan desa Toronan tidak bisa diremehkan begitu saja. Untuk menghidupkan kembali POLINDES yang berfasilitas cukup lengkap dibutuhkan tenaga yang ekstra, pendekatan pada masyarakat adalah kunci dari usahanya.
Di  POLINDES aktifitas janda beranak 3 ini berpusat, mengabdi pada masyarakat desa Toronan dibantu oleh asisten bidan, hal menarik yang dilakukan beliau adalah kegiatan Wisata Hati untuk ibu-ibu hamil yaitu kegiatan dimana calon bayi diperdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan cara meletakkan headset pada perut ibu hamil, hal ini dilakukan untuk merangsang kecerdasan otak  bayi. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat usia kehamilan 3 bulan ke atas atau three mester ke 2 (4 – 6 bulan). “Saya ingin membentuk generasi terbaik pada 15 tahun kedepan” ungkap beliau saat kami berkunjung ke POLINDES. Beliau sangat yakin apa yang dilakukannya akan memberikan efek yang luar biasa karena seperti yang kita ketahui bahwa anak dalam kandungan dapat belajar tetapi tidak seperti orang dewasa (F. Rene Van de Carr, M.D.) jadi ketika diperdengarkan dengan hal-hal baik calon bayi akan mengingat hal tersebut.


*) Oleh Alifah
KKN UTM 2012 Kelompok 27

Pupuk Cair Organik dari Lamtoro

Lamtoro, siapa yang tidak tahu tanaman ini? Diseluruh penjuru Desa Toronan baik Dusun Utara 1, Dusun Utara 2, Dusun Tengah dan Dusun Selatan banyak ditemukan Lamtoro. Masyarakat Desa Toronan memanfaatkan Lamtoro ini sebagai sayur dan pakan ternak. Hal ini tidak mewakili manfaat alami yang terkandung dalam tanaman Lamtoro ini. Manfaat lain yang terkandung dalam tanaman Lamtoro ini yaitu dapat digunakan sebagai pupuk cair organik.
Apakah bisa tanaman Lamtoro dapat digunakan untuk membuat pupuk cair organik? Bagaimana caranya? kami dari kelompok 27 KKN UTM 2012 menemukan cara untuk memanfaatkan daun Lamtoro ini sebagai pupuk cair organik. Berikut adalah tahap-tahap pembuatan pupuk cair organik menggunakan daun Lamtoro :
1.      Menyiapkan alat dan bahan.
2.      Memotong daun Lamtoro menjadi beberapa bagian.
3.      Menyiapkan media pengendapan pertama daun Lamtoro yaitu air sisa cucian beras.
4.      Menyiapkan media pengendapan kedua yaitu air kelapa.
5.      Daun Lamtoro disimpan dalam ember yang tertutup dengan campuran ais kelapa dan air sisa cucian beras.
6.      Kemudian campuran tersebut diendapkan selama 7 hari.
Pupuk cair organik hasil olahan daun Lamtoro ini dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah khususnya sayur-sayuran.


*)Oleh Firraudusy Aini
KKN UTM 2012 Kelompok 27

SEJARAH TORONAN DAN RONGGOSUKOWATI

Desa Toronan adalah salah satu desa yang termasuk dalam kecamatan Pamekasan kabupaten Pamekasan. Desa yang berbatasan langsung dengan dua kelurahan yakni Kowel, dan Larangan Badung  ini memiliki luas 697728 m2. Kelurahan ini memiliki empat dusun yakni dusun Toronan Utara 1, Toronan Utara 2, Toronan Tengah, dan Toronan Selatan. Kelurahan Toronan ini berjarak sekitar 5 km dari pusat kota dan dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi. Secara akses kelurahan ini tidak dilalui oleh kendaraan umum karena letaknya masuk ke bagian dalam desa.
Nama desa Toronan sendiri ternyata memiliki arti tersendiri. Jika dilihat secara geografis desa Toronan ini memang terletak di perbukitan yang menyebabkannya memiliki beberapa “toronan” atau “turunan” pada beberapa bagian jalan desanya. Namun ternyata terlepas dari fakta tersebut Toronan memiliki sejarah yang lebih menarik untuk dikaji. Sejarah desa Toronan ini sendiri ternyata tidak terlepas dari sejarah besar kabupaten Pamekasan pada jaman dahulu dan dan ratu besarnya yakni Ronggosukowati.
Kabupaten Pamekasan lahir dari proses sejarah yang cukup panjang. Nama Pamekasan sendiri baru dikenal  pada sepertiga abad ke 16, ketika Ronggosukowati mulai memindahkan pusat pemerintahan dari kraton Labangan Daja ke kraton Mandilaras. Memang belum cukup bukti tertulis yang menyebutkan proses perpindahan pusat pemerintahan sehinga terjadi perubahan nama wilayah ini. Diperkirakan Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura dan Sumenep, yang telah berdiri sejak pengangkatan Arya Wiraraja pada tanggal 13 Oktober 1268 oleh Kertanegara.
. Setelah pangeran Lendhu wafat, hampir seluruh rakyat pamekasan sudah memeluk islam. Pangeran Ronggosukowati naik tahta pada tahun 1530. Setelah sebelumnya dikuasai oleh keturunan majapahit pamekasan resmi menjadi kerajaan islam.Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Ronggosukowati merekontruksi kota Pamekasan hingga setaraf dengan kota-kota yang lain.
Sebagai salah satu bagian dari sejarah itu, pangeran Ronggosukowati memiliki banyak keturunan yang tersebar di Madura khususnya pamekasan. Sebagai penguasa besar pada jaman itu Ronggosukowati mewariskan berbagai wilayah kepada keturunannya itu. Salah satunya adalah daerah yang kini dikenal dengan sebutan Toronan. Jadi nama Toronan artinya adalah tanah yang diturunkan atau tanah yang diwariskan pada keturunannya.
 Daerah Toronan yang diturunkan kepada keturunannya atau yang disebut Mardikan Ini tidak termasuk kepada tanah pemerintah awalnya. Sebagai tanah warisan secara adat tanah di daerah ini menjadi hak milik keturunan Ronggosukowati. Hingga saat ini keturunan yang disebut sebut sebagai Mardikan ini belum diketahui keberadaanya. Untuk menghindari persengketaan di masa depan, warga desa Toronan sekarang hampir semuanya telah mendaftarkan tanah mereka untuk mendapatkan sertifikat.
Selain itu kelurahan Toronan ini juga dahulunya adalah merupakan “Tanah Prabaan” atau tanah suci tempat orang-orang pergi berdoa atau bertapa. Dari awal statusnya sebagai tanah suci ini Toronan semakin dikuatkan kaitannya dengan eksistensi Ronggosukowati di pulau Madura. Meskipun belum ada bukti kuat mengenai hal ini, namun kisah tentang asal-mula nama desa Toronan ini telah tersebar luas di daerah Pamekasan dan dipercayai oleh warga desa Toronan sendiri.
Sebelum tahun 1945 ketika Indonesia menjadi republic, tanah di wilayah toronan ini masih termasuk ke dalam kerajaan di bawah kepemimopinan Ronggosukowati. Setiap tahun satiap masa panen masyarakat harus menyetorkan sebagian hasil panennya atau yang disebut upeti kepada keraton di pusat. Pada saat sekarang ini pajak di desa Toronan memiliki pajak terendah disbanding daerah lain. Setiap tahunnya desa Toronan ini harus membayar pajak sebesar 4,2 juta rupiah. Pajak tersebut telah ditanggung oleh kepala desa. Desa Toronan ini sering mendapat pengharagaan dari kecamatan karena selalu membayar pajak paling cepat.

*) Oleh : Ana Rahmawati
KKN UTM 2012 Kelompok 27

FAKTOR PEREKONOMIAN


Desa toronan adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Pamekasan kabupaten Pamekasan dan mempunyai banyak potensi baik factor pariwisata, sosial, dan perekonomian yang belum bisa di maksimalkan secara maksimal, potensi ini yang membuat saya berani mengambil objek di desa toronan ini. Mulai dari factor wisata disini ada air terjun plesteran dan air terjun dhurbhukkan yang potensinya sangat besar untuk pertumbuhan perekonomian desa Toronan. Apabila di maksimalkan dan di jaga bisa menjadi objek wisata besar dengan alam sebagai covernya. 

Dari factor perekonomian sendiri banyak warga yang hidup di bawah garis kemiskinan, dari hasil survey tim KKN UTM kelompok 27 bisa di simpulkan bahwa garis besar profesi di desa ini adalah seorang petani yang penghasilannya tidak tetap dan masih jauh dari kata cukup, banyak mengandalkan dari hasil pertanian tembakau, jagung, cabe, dan terong. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-sehari para istri biasanya membuat kripik tette atau singkong. Penjualan dari sector pertanian di jual perkilo sedangkan untuk kripik tette di jual setiap 100 di jual Rp.5000. dan ada lagi satu kripik yang menjadi khas buatan toronan adalah kripik bidaran, sebuah kripik  dengan bentuk yang indah dengan bunga sebagai tema. Ekonomi yang serba kekurangan tidak membuat desa ini tidak dikenal namun desa ini sangat di kenal dengan desa ulet,rajin dan bisa di sebut desa penghasil tembakau terbaik.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India